Selasa, 22 Maret 2016

PROGRAM BERKAITAN DENGAN BUDAYA DAN IKLIM SEKOLAH YANG KONDUSIF DAN INOVATIF BAGI PEMBELAJARAN (bab2)



BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS HASIL


A. Pengembangan Budaya Sekolah
Mengingat pentingnya pengembangan budaya sekolah untuk peningkatan prestasi dan mutu pendidikan di sekolah, patut kiranya para kepala sekolah memikirkan langkah-langkah pengembangannya secara sistematik dan konstruktif. Oleh karena itu perlu adanya orientasi pengembangan budaya sekolah kepada para kepala sekolah sebagai bekal untuk mengembangkan sekolah secara aktif, kreatif, inovatif, dan berbasis mutu.
Definisi Budaya Sekolah
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan arti budaya sekolah, antara lain :
a.       NCES (1998)
Tuntutan terhadap guru baru pada pokoknya sebagai akibat akibat para guru memilih meninggalkan pekerjaannya dalam jumlah yang tinggi daripada para profesional lainnya
b.      Weiss (1999)
Kolaborasi yang kuat dan kemampuan membuat keputusan yang berkorelasi dengan semangat kerja yang tinggi, komitmen yang kuat untuk mengajar, dan kemauan untuk tetap menekuni tugas mengajar. Ia menambahkan pula bahwa budaya sekolah dan kepemimpinan juga dapat membentuk kemauan para guru pemula bekerja keras, melaksanakan pengajaran sebagai pilihan karir, dan berencana untuk tetap mengajar.
c.       James Spradly
Budaya tersusun dari perilaku yang dapat dipelajari oleh komunitas manusiwawi. Ia merupakan pengetahuan yang dapat digunakan orang untuk memaknai pengalaman dan perilaku sosial.
Sehingga dapat disimpulan Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah.
Dalam perjalananya budaya sekolah ini mampu memberikan manfaat bagi sekolah itu sendiri termasuk warga sekolah serta penilaian masyarakat terhadap sekolah tersebut, adapun manfaat budaya sekolah adalah :
 (1)   Menjamin kualitas kerja yang lebih baik.
Jika dalam sebuah pekerjaan memiliki budaya yang dapat dipertanggungjawabkan maka akan secara tidak langsung akan membentuk budaya kerja yang lebih baik.
(2)   Membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal.
Dengan budaya ynag baik termasuk budaya berkomunikasi maka akan timbul dalam kehidupan sebuah kemudahan melakukan komunikasi baik dengan sesama ataupun dengan atasan kita.
(3)   Lebih terbuka dan transparan.
Membentuk sebuah budaya yang mampu melatih kejujuran itu sangatlah hebat jika semuanaya mampu berjalan dengan seimbang.
(4)   Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi.
Dengan budaya yang dianut bersama maka akan tercipta rasa meiliki dan saling menjaga
 (4) Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan.
 (5) Jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki.
 (6) Dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK.

B. Faktor-faktor Budaya sekolah
Jika dapat kita lihat berapa pentingnya budaya sekolah ini maka sangat penting bagi kita untuk mengembangkan budaya sekolah ini dengan langkah awal memperhatikan beberapa faktor yang ada yaitu :
a.       Mengacu pada prinsip :
1. Berfokus pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah. Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya sekolah. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.
2. Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal. Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan pentingnya budaya sekolah. Komunikasi informal sama pentingnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3. Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko. Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4. Memiliki Strategi yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
5. Berorientasi Kinerja. Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.
6. Sistem Evaluasi yang Jelas. Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
7. Memiliki Komitmen yang Kuat. Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menentukan implementasi program-program pengembangan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.
8. Keputusan Berdasarkan Konsensus. Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengembilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan secara konsensus. Meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun pada umumnya konsensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.
9. Sistem Imbalan yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.
10. Evaluasi Diri. Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah. Halaman berikut ini dikemukakan satu contoh untuk mengukur budaya sekolah.
b.      Berpegang teguh pada asas:
1. Kerjasama tim (team work). Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki oleh personil sekolah.
2. Kemampuan. Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.
3. Keinginan. Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.
4. Kegembiraan (happiness). Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.
5. Hormat (respect). Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh dan sebagaianya.
6. Jujur (honesty). Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya sekolah yang baik.
7. Disiplin (discipline). Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru dan staf.
8. Empati (empathy). Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.
9. Pengetahuan dan Kesopanan. Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
Jika prinsip dan asas di atas maka sangat tidak menutup kemungkinan akan selalu tercipta budaya sekolah yang efektif melalui keterlibatan orang tua dalam menunjang kegiatan sekolah, keteladan guru (mendidik dengan benar, memahami bakat, minat dan kebutuhan belajar anak, menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan serta memfasilitasi kebutuhan belajar anak), dan prestasi siswa yang membanggakan adalah tiga hal yang akan menyuburkan budaya sekolah. Kegiatan-kegiatan itu menjadi gengsi tersendiri dalam suatu sistem yang utuh (komprehensif) melalui indikator yang jelas, sehingga ”karakter atau watak siswa” dapat terpotret secara optimal melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Kegiatan itu akan menjadi budaya dan berpengaruh dalam perkembangan siswa selama bersekolah di sekolah itu.
Karena budaya sekolah yang tetap eksis itulah yang akan tertanam di hati para siswa.Sehinga sekolah akan terbebas dari narkoba, rokok, minuman keras, tawuran antar pelajar, dan ’penyakit’ kenakalan pelajar lainnya. Pastikan siswa terbaik yang lulus, akan terukir namanya dalam batu prasasti sekolah. Pastikan pula para alumninya tersebar ke sekolah-sekolah favorit ’papan atas’ baik di tingkat propinsi maupun nasional dan akan menjadi ’leader’ di sekolahnya masing-masing.
Kredibilitas sekolah di mata masyarakat, akuntabilitas kinerja sekolah, dan sigma kepuasan orang tua siswa harus sudah terbentuk, sehingga membawa sekolah memiliki budaya sekolah yang tetap eksis. Guru, orang tua, dan siswa harus dapat bekerja sama menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis di tengah era derasnya globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Budaya sekolah terbentuk dari eratnya kegiatan akademik dan kesiswaan, seperti dua sisi mata uang logam yang tak dapat dipisahkan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam dalam bidang keilmuan, keolahragaan, dan kesenian membuat siswa dapat menyalurkan minat dan bakatnya masing-masing.
Beberapa contoh budaya sekolah di SMP Negeri 2 Cidahu yang efektif mampu membuat sekolah selalu eksis adalah :
·                     Budaya salam, dimana setiap kali bertemu (guru, siswa dan orang tua) saling mengucapkan salam dan berjabat tangan,
·                     Upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap minggu kedua dan keempat,
·                     Penasehat akademis atau pertemuan wali kelas dengan para siswanya untuk berbagi informasi, juga pertemuan antara wali kelas dengan pimpinan sekolah
·                     Tadarus setiap hari Sabtu sebelum pelajaran dimulai dan dipimpin oleh wali kelas,
·                     Seragam sekolah,hari Senin Putih-Putih, Selasa Putih Biru, rabu dan Kamis Batik-Biru, Jum’at dan Sabtu Pramuka
·                     Sholat berjamaah di masjid sekolah pada saat pulang sekolah (sholat duhur),
·                     Olah raga,
·                     Enam hari belajar (Senin-Sabtu) dari pukul 07.00 s.d. 12.30,
·                     Majalah dinding yang dibuat oleh siswa untuk melatih bakat jurnalistiknya,
·                     LDKS untuk mendidik siswa menjadi calon pengurus OSIS,
·                     Studi Kepemimpinan Siswa untuk melatih kepemimpinan siswa menjalankan organisasi,
·                     Studi Amaliah Ramadhan mendidik siswa dalam kegiatan pesantren ramadhan,
·                     Pelepasan siswa yaitu melepas siswa yang telah lulus dari sekolah,
·                     Buku tahunan adalah buku yang merekam kegiatan siswa dari mulai masuk sampai lulus sekolah,
·                     Komite Sekolah adalah kegiatan orang tua siswa yang menunjang kegiatan sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan,
·                     Budaya bersih adalah kegiatan kebersihan sekolah dan kebersihan diri sendiri,
·                     Kegiatan praktek ibadah adalah kegiatan keagamaan siswa yang dinilai oleh guru agama masing-masing,
·                     PHBI dan Nasional adalah kegiatan hari besar keagamaan dan nasional,
·                     Melakukan Doa sebelum/sesudah belajar dipimpin oleh kepala sekolah
·                     Budaya disiplin dimana siswa tidak diperkenankan masuk kelas bila terlambat dan melakukan pelanggaran tata tertib sekolah,
·                     Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas adalah siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat, tepat waktu, dan berharap mendapatkan pahala dari Allah,
·                     Budaya Kreatif yaitu melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya,
·                     Mandiri & bertanggung jawab yaitu melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain dan bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan guru,
·                     Pentas Seni (Pensi) melatih siswa melaksanakan kegiatan bernuansa seni baik kesenian tradisonal maupun kesenian modern atau yang sedang ‘ngetren’ saat ini,
·                     Kunjungan museum yaitu mengenalkan kepada siswa tentang warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan, Kunjungan Industri yaitu mengenalkan siswa tentang kegiatan-kegiatan yang ada di industri atau pabrik yang berkaitan dengan mata pelajaran sains dan ekonomi,
·                     Ekstrakurikuler adalah kegiatan non akademik yang memberi wadah /kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing
·                     Sport and Art yaitu kegiatan seni dan olahraga antar kelas untuk unjuk gigi di perkemahan pramuka.

1 komentar: