BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan terkait erat dengan dunia
masa depan. Nasib bangsa Indonesia di masa depan bisa diukur dari kualitas
lebaga pendidikannya, baik formal, nonforal, informal. Ketertinggalan bangsa
ini dari Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan bahkan Malaysia salah satunya
disebabkan oleh kemunduran kualitas lembaga pendidikan sehingga tidak bisa
melahirkan kader yang mampu memenangkan persaingan global. Menurut Prof. Dr.
Dedy Mulyasana, M.Pd, sesuai Pasal 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 tahun 2003, ditegaskan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dala rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam konteks ini, tujuan
pendidikan adalah sebagai penuntun, pembimbing, dan petunjuk arah bagi para
peserta didik agar konsep mereka dapat tumbuh dewasa sesuai dengan potensi dan
konsep diri yang sebenarnya. Sehingga, mereka dapat tumbuh, bersaing, dan
mempertahankan kehidupannya di masa depan yang penuh tantangan dan perubahan.
Sedangkan fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Salah satu elemen pendidikan yang
mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan agung pendidikan tersebut ialah
supervisi. Tujuan pendidikan ideal adalah mempersiapkan guru-guru yang
berkualitas sebagai syarat mutlak bagi lahirnya kader-kader muda masa depan
bangsa yang berkualitas dalam hal moral, intelektual, sosial, dan spiritual.
Guru memang harus terdiri atas sosok yang ideal sehingga bisa mendidik dengan
kreatif. Menurut Pirdata, sebagaimana dikutip Maryono, mendidik adalah upaya
menciptakan situasi yang membuat peserta didik mau dan dapat belajar atas
dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi-potensi
lainnya secara optimal ke arah yang positif. Oleh sebab itu, menurut Hasbullah,
guru harus mempunyai kematangan diri dan sosial yang stabil, serta kematangan
profesional. Faktanya, banyak guru yang belum memenuhi kriteria ideal tersebut.
Oleh sebab itu, supervisi sangat dibutuhkan untuk encapai standar ideal seorang
guru sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan maksimal.
Oleh karena itu, semua elemen
pendidikan harus mempelajari supervisi pendidikan, khususnya para pemimpin
pendidikan, agar bisa mmelaksanakan tanggung jawab pendidikan secara akuntabel,
efektif, dan produktif. Memahami supervisi pendidikan adalah langkah awal
sebelum aplikasinya di lapangan.
A. Pengertian Supervisi
Secara etimologi, supervisi berasal
dari kata super dan visi, yang artinya melihat dan meninjau dari atas atau
menilik dan menilai dari atas, yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap
aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. Secara istilah, dalam Carter Good’s Dictionary Education,
dinyatakan bahwa supervisi adalah segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin
guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk mmemperbaiki pengajaran.
Termasuk didalamnya adalah menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan
perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar, serta mengevaluasi
pengajaran.
Menurut H. Mukhtar dan Iskandar,
supervisi adalah mengamati, mengawasi, atau membimbing, dan memberikan stimulus
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud mengadakan
perbaikan. Konsep supervisi didasarkan pada keyakinan bahwa perbaikan merupakan
suatu usaha yang kooperatif dari semua orang yang berpartisipasi dan supervisor
sebagai pemimpin, yang bertindak sebagai stimulator, pembimbing, dan konsultan
bagi para bawahannya dalam rangka perbaikan tersebut. Supervisi pendidikan
adalah usaha mengoordinasi dan membimbing pertummbuhan guru-guru di sekolah
secara kontinu, baik secara individu maupun kelompok. Bantuan apa pun ditujukan
demi terwujudnya perbaikan dan pembinaan aspek pengajaran.
Menurut Ary H. Gunawan (2002),
supervisi diadopsi dari bahasa Inggris,
supervision, yang berarti pengawasan. Orang yang melaksanakan supervisi
disebut supervisor. Sedangkan definisinya adalah bantuan dalam pengembangan
situasi belajar-mengajar yang lebih baik (Kimball Wiles); pelayanan/layanan
khusus di bidang pengajaran dan perbaikannya mengenai proses belajar-mengajar,
termasuk segala faktor dalam situasinya (Harodl P. Adams dan franks G. Dickey);
usaha sistematis dan terus menerus untuk mendorong dan mengarahkan pertumbuhan
diri guru yang berkembang secara lebih efektif dalam embantu tercapainya tujuan
pendidikan dengan murid-murid di bawah tanggung jawabnya (Thomas H. Briggs dan
Josep Justman); pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan (termasuk
pengajaran) pada umumnya dan peningkatan mutu pada khususnya (N.A. Ametembun);
dan lain-lain
Menurut Moh. Badrus Sholeh, secara
semantik, supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau
tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu
mengajar dan belajar pada khususnya.
Good Carter memberi pengertian supervisi adalah usaha
dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk memberikan stimulus, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahan-bahan pengajaran, sewrta metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
Boardman menyebutkan bahwa supervisi
adalah salah satu usaha memberikan stimulus, melakukan koordinasi, dan
membimbing secara kontinu terhadap pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik
secara individual maupun kolektif, agar lebih mengerti dan efektif dalam mewujudkan
seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian, mereka dapat memberikan stimulus
dan membimbing pertumbuhan tiap-tiap murid secara kontinu, serta mapu dan lebih
cakap berpartisipasi dala mmasyarakat demokrasi modern.
Wilem Mantja (2007) mengatakan bahwa supervisi
diartikan sebagai kegiatan supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk
perbaikan proses belajar mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang
harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu perbaikan (guru dan murid) dan
peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Kimball Wiles (1967), konsep
supervisi modern dirumuskan sebagai berikut, “Supervision is assistance in the development of a better teaching
learning situation”
Menurut Purwanto (1987), supervisi ialah suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah dalam melakukan pekerjaan sacara efektif.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil
beberapa catatan penting dalam kegiatan supervisi. Pertama, ada perhatian yang lebih dari atasan untuk embangkitkan
kualitas dunia pendidikan dengan meningkatkan kualitas aktor paling penting
yang langsung berinteraksi dengan anak didik, yaitu guru. Perhatian ini
melahirkan usaha yang dilakukan secara sisteatis, kontinu, dan konsisten. Kedua, adanya kerja sama aktif antara
supervisor dengan guru untuk mengembangkan dunia pendidikan, tidak sepihak
secara otoriter, sentralistik, dan diskriminatif.
Supervisor menampilkan diri sebagai
sosok yanag mengarahkan, membimbing, dan memberdayakan, supaya guru bisa
melesat dengan potensi dan gayanya sendiri. Justru, jika supervisor melakukan
tindakan yang represif, hasilnya kontraproduktif terhadap kualitas
pembelajaran. Guru menjadi apatis, bahkan bisa terjadi permusuhan dan konflik
yang berkepanjangan. Apalagi, terhadap guru-guru senior yang sudah lama
berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan segudang pengalaman lapangan, mereka
tentu membutuhkan kearifan, kesantunan, dan keramahan dalam melakukan
interaksi, tidak melakukan instruksi sepihak. Di sinilah kedewasaan dan kematangan
emosional, intelektual, sosial, dan spriritual supervisor sangat dibutuhkan
dalam melakukan tugas supervisi.
B. Pengertian Supervisi Pendidikan
Begitu plural atau banyaknya
definisi supervisi pendidikan yang semestinya dapat penyusun ketengahkan pada
subbahan dalam progra ini. Namun karena keterbatasan ruang lingkup penyusunan
program ini, maka berikutnya hanya akan dikemukakan beberapa saja yang sifatnya
representatif dan pilihan.
Secara
mendasar, Suharsimi Arikunto mencoba untuk mengangkat pengertian supervisi dari
sudut kata yang menyusunnya. Dia mengatakan bahwa istilah supervisi berasal
dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, yaitu “super” yang artinya di
atas, dan “vision” yang berarti melihat, maka secara keseluruhan supervisi
diartikan “melihat dari atas”. M. Ngalim Purwanto mendefinisikan supervisi
sebagai aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Sementara, Kimball Wiles mengatakan bahwa supervisi merupakan bantuan dalam
mengembangkan situasi belajar mengajar secara lebih baik.
Sedangkan
dalam buku Manajemen Pendidikan di
Sekolah (Paket Buku Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), seperti dikutip
oleh B. Soryosubroto, dijelaskan bahwa supervisi adalah pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Oleh sebab itu,
dalam batasan yang lebih luas supervisi itu meliputi semua fungsi dan masalah
yang ada sangkut-pautnya dengan peningkatan prestasi kerja. Lebih jauh lagi
bahwa pandangan, keterampilan, dan dedikasi seorang supervisor itu bertanggung
jawab dalam menilai dan membantu para guru agar dapat bekerja secara efektif
dengan murid-murid di bawah tanggung-jawabnya yang kesemuanya itu menentukan
kualitas program sekolah.
Dalam Dictionary
of Education, Carter V. Good memberikan definisi dan batasan bahwa
supervisi pendidikan merupakan usaha dari petugas-petugas sekolah dalam upaya
membebaskan guru-guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran,
termasuk stimulasi. Seleksi, pertumbuhan jabatn, pengembangan guru-guru,
perbaikan tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode, dan
evaluasi pengajaran. Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles
dalam The Adinistration Manajemen
sebagai berikut : Supervision is
assistance in the development of a better teaching learning situation
Adapun menurut hemat penyusun,
supervisi adalah prosedur emberi pengarahan atau petunjuk dan mengadakan
penilaian terhadap proses pengajaran yang dilakukan oleh tenaga pengajar dalam
eningkatkan profesionalismenya sebagai tenaga pengajar. Oleh karena itu, perlu
digarisbawahi adanya beberapa pokok pikiran tentang supervisi pendidikan, yakni
bahwa supervisi pendidikan pada hakikatnya merupakan segenap bantuan yang
ditujukan pada perbaikan dan pembinaan aspek pengajaran. Melalui kegiatan
supervisi, segala faktor yang berpengaruh terhadap proses pengajaran di
analisis, dinilai (dievaluasi), dan ditentukan jalan pemecahannya sehingga
proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan demikian, supervisi merupakan
bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik, sehingga
rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi
belajar mengajar (goal, material,
technique, method, teacher, student, and environment). Situasi belajar
inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan
supervisi. Dengan demikian, layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek
dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Maka, kemampuan memimpin dalam hal
ini kepemimpinan kepala sekolah sangat membantu bagi kelancaran program
pembinaan di lingkungan sekolah, terutama dalam membekali kemampuan para guru
dan karyawan sekolah, memberikan pengarahan, semangat, dan motivasi kepada
mereka untuk meningkatkan proses belajar mengajar pada klhususnya dan kinerja
administrasi pendidikan pada umumnya. Motivasi dapat dipandang sebagai bagian
integral dari administrasi kepegawaian dalam rangka proses pembinaan,
pengembangan, dan poengarahan tenaga kerja dalam suatu organisasi. Karena
manusia merupakan unsur terpoenting dalam suatu organisasi, aka soal-soal yang
berhubungan dengan konsep motivasi patut mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh dari setiap orang yang berkepentingan dengan keberhasilan
organisasi dalam mewujudkan usaha kerja sama manusia. Motivasi dalam organisasi
merupakan salah satu prinsip yang harus ada dalam kegiatan supervisi.
C. Komponen
Supervisi Pendidikan
Siswa, guru, dan materi pelajaran
merupakan unsur pokok dan utama dalam pembelajaran. Artinya, ketiga eksistensi
tersebut merupakan syarat minimal adanya proses pembelajaran yang akan
dilakukan. Maka, dengan adanya unsur tambahan tentu hasil belajar atau prestasi
belajar akan lebih baik. Oleh sebab itu, supervisi dalam ketiga unsur tersebut
erupakan suatu hal yang bersifat mutlak, dan dalam konteks ini menurut
Suharsimi Arikunto, komponen-koponen supervisi itu meliputi enam unsur seperti
di bawah ini.
a)
Komponen siswa, misalnya tata tertib siswa,
partisipasi siswa dalam pembelajaran, penyelesaian tugas kokurikuler, program
ekstrakurikuler, partisipasi siswa dalam lomba, pengebangan potensi khusus, dan
prestasi belajar.
b)
Komponen guru dalam personel lainnya, misalnya
berkenaan dengan relevansi guru dengan tugasnya, profesionalisme guru, disiplin
dan tanggung jawab, hubungan antar personal di sekolah, serta pengembangan staf
dan kesejahteraan.
c)
Komponen kurikulum, antara lain menyaangkut struktur
program kalender akademis, program pembelajaran dan semesteran, penggunaan alat
peraga, pelaksanaan penilaian, daan pencaapaian target kurikulum.
d)
Komponen sarana prasarana, meliputi ruang kelas dan
ruang pendukung, perabotan dan perlengkapoan kelas, media pembelajaran,
laboratorium, dan perpustakaan.
e)
Komponen pengelolaan (manajemen), antara lain struktur
organisasi program kerja, manajemen, dan mekanisme pengelolaan.
f)
Komponen lingkungan dan situasi umum, meliputi
lingkungan fisik, lingkungan sosial, situasi keagamaan, dan kondisi umum
sekolah
Dari berbagai komponen yang disupervisi
tersebut, maka akan memunculkan suatu data untuk di analisis serta mampu untuk
dijadikan dasar dalam pertimbangan bagi penetapan jenis bantuan dan perbaikan
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyelenggaraan sekolah, dan
selanjutnya untuk meningkatkan pembelajaran di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar