BAB III
PROGRAM
BERKAITAN
DENGAN BUDAYA
DAN IKLIM
SEKOLAH YANG KONDUSIF
DAN
INOVATIF
BAGI PEMBELAJARAN
SMP NEGERI 2
CIDAHU
TAHUN PELAJARAN 2015-2016
A. Budaya
Sekolah SMP Negeri 2 Cidahu
SMP Negeri 2
Cidahu Kabupaten Kuningan merupakan suatu
organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh
nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan
perilaku orang-orang yang berada di dalamnya. Sebagai suatu organisasi, sekolah ini menunjukkan kekhasan, yaitu pembelajaran. Budaya sekolah semestinya
menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Konsep
budaya sekolah masuk ke dalam pendidikan itu pada dasarnya sebagai upaya untuk
memberikan arah tentang efisiensi lingkungan pembelajaran, lingkungan dalam hal
ini dapat dibedakan dalam dua hal (1) lingkungan yang sifatnya alami sesuai
dengan budaya siswa dan guru, (2) lingkungan artificial yang diciptakan oleh
guru atau hasil interaksi antara guru dengan siswa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan
masyarakat sekitar sekolah. masyarakat sekitar sekolah”. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra
sekolah tersebut di masyarakat luas. budaya sekolah sebagai karakteristik khas
sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai yang dianutnya, sikap yang
dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang
ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus
dari sistem sekolah. Menurut Riduwan (2012:109) bahwa “ budaya sekolah
yang kerap disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan
kerja antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah, antara guru dengan
tenaga kependidikan lainnya serta antar dinas dilingkungannya merupakan wujud
dari lingkungan kerja yang kondusif”.
Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk
dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan,
kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di
dalamnya. Sebagai
suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu pembelajaran. Budaya
sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip
kemanusiaan. Konsep budaya sekolah masuk ke dalam pendidikan itu pada dasarnya
sebagai upaya untuk memberikan arah tentang efisiensi lingkungan pembelajaran,
lingkungan dalam hal ini dapat dibedakan dalam dua hal (1) lingkungan yang
sifatnya alami sesuai dengan budaya siswa dan guru, (2) lingkungan artificial
yang diciptakan oleh guru atau hasil interaksi antara guru dengan siswa.
B. Lingkungan
Sekolah
Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan
mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Munib,
2005:76). yang dimaksud lingkungan pendidikan meliputi
kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah
laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak
bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang
sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik,
sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang disadari atau tidak
pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik,
lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan
sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses
pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll)
dinamakan lingkungan pendidikan. lingkungan
pendidikan dapat diartikan sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungan
proses pendidikan.
Secara umum
fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal
yang memberikan pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi peserta
didik.
C. Iklim Sekolah
Menurut Hoy & Miskel (dalam Masaong
& Tilomi, 2011:181) bahwa “Iklim sekolah merupakan seperangkt karakteristik suatu sekolah yang
membedakan dengan sekolah lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi perilaku
guru, staf, siswa dan stakeholderi lainnya yang ada pada sekolah
tersebut”. Sedangkan menurut Sergiovani (dalam Masaong & Tilomi, 2011:181) bahwa “iklim sekolah sebagai sebuah konsep kelompok yang tidak lebih dari
persepsi seseorang, perasaan, atau interpretasi kehidupan dalam suatu sekolah”.
Serta menurut ownes (dalam Masaong
& Tilomi, 2011:181) “menjelaskan
: organizational climate is the study of perceptions that individuals have
of the environment in the organization. Pengertian tersebut mengisyaratkan,
bahwa iklim sekolah berkaitan erat dengan persepsi yang dimiliki oleh individu
guu, staf dan siswa disekolah”. iklim sekolah dapat mempengaruhi: (1) proses
belajar mengajar, (2) sikap dan moral (3) kesehatan mental, (4) produktivitas,
(5) perasaa percaya, (6) perubahan dan pembaharuan (halpin & croft, 1971).
Karakteristik iklim sekolah dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut :
(1) kesesuaian; berkaitan erat dengan perasaan yang ada terhadap tuntutan dari
luar sekolah, persepsi tentang banyaknya peraturan, prosedur, kebijakan dan pelaksanaan
tugas; (2) taggung jawab; mencakup pemberian tanggungjawab untuk mencapai
tujuan sekolah, pembuatan keputusan dalam menyelesaikan masalah; (3) standart;
meliputi penekanan pada kualitas/prestasi dan hasil yang lebih baik; (4)
penghargaan; yaitu merasa diakui dan dihargai karena semanga kerja dan
kinerjanya yang tinggi, dikritik atau dihukum pada saat kesalahan; (5)
kejelasan struktur sekolah; yaitu diorganisir dengan baik, tujuan dirumuskan
secara jelas dan tidak membingungkan (6) kehangatan dan dukungan; meliputi
saling percaya dan saling mendukung; (7) kepemimpinan; yakni keinginan guru dan
staf untuk menerima pengaruh dan pengarahan dari sosok yang berkualitas.
(Campbell, Dunnete, Lawler, & Weick, 1970. Dubrin: 1984, Pugh: 1976, dalam
Masaong & Tilomi, 2011:182).
D. Prinsip-prinsip
Manajemen Budaya dan
Lingkungan Sekolah
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan
kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan
yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan
kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya
memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat. Menurut Mulyasa (2010:90) upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya
mengacu kepada beberapa prinsip berikut ini :
1.
Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.
Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan bisi, misi, dan
tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan
pengembagnan budaya sekolah. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus
disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.
2.
Penciptaan komunikasi Formal dan Informal.
Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam
menyamaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, termasuk dalam meyampaikan
pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, komunikasi informal sama pentingnnya
dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu
digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3.
Inovatif dan bersedia mengambil resiko.
Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil
resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus
diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan
kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4. Memiliki
strategi yang jelas.
Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program.
Strategi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyengkut kegiatan
oerasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang
selalu berkaitan.
5.
Berorientasi kinerja.
Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang terdapat
mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran
capaian kinerja darsuatu sekolah.
6.
Sistem evaluasi yang jelas.
Untuk mengetaui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan
evaluasi secara rutin dan bertahap : jangka pendek, sedang, dan jangka panjang.
Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal kapan evluasi dilakukan,
siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
7.
Memiliki komitmen yang kuat.
Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menetukan implementasi
program-program pengembagnan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukan bahwa
komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak
terlaksana degnan baik.
8.
Keputusan berdasarkan consensus.
Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan
partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan secara consensus.
Meskipun hal itu tergantung pada pengambilan keputusan , namun pada umumnya
consensus dapat meningkatkan komitmen anggortta organisasi dalam melaksanakan
keputusan tersebut.
9.
Sistem imbalan yang jelas.
Pengambilan budaya sekolah hendaknnya disertai dengan sistem imbalan
meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah
penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukan perilaku
positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.
10. Evaluasi diri,
Merupaka salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
disekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah
pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat
mengembagnkan metode penilaian diri yang berguna
bagi pengembangan budaya sekolah.
E. Asas-asas
Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah
Selain mengacu kepada sejumlah prinsip di atas, Menurut
Samsudin dalam sebuah blog (2011) mengatakan upaya pengembangan budaya sekolah juga seyogyanya berpegang pada asas-asas berikut ini:
1.
Kerjasama tim (team work).
Pada dasarnya sebuah komunitas
sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama
merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau
sumber daya yang dimilki oleh personil sekolah.
2. Kemampuan.
Menunjuk pada kemampuan untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam
lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukkan
dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang
mencerminkan pribadi pendidik.
3. Keinginan.
Keinginan di sini merujuk pada kemauan
atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan
kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti
apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan
pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam
diri pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam memberikan
pelayanan kepada siswa dan masyarakat.
4. Kegembiraan (happiness).
Nilai kegembiraan ini harus dimiliki
oleh seluruh personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan
berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan
perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah.
Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa
yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan
baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.
5. Hormat (respect).
Rasa hormat merupakan nilai yang
memperlihatkan penghargaan kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah
maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang
terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar
akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan
cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga
dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan
penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau mengundang
secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh dan
sebagaianya.
6. Jujur (honesty).
Nilai kejujuran merupakan nilai yang
paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri
maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada
kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik
dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan
diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita
berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur
dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada
tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya
sekolah yang baik.
7. Disiplin (discipline).
Disiplin merupakan suatu bentuk
ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah.
Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin
yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi
serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi
disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan karena
peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan atau tata
tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak akan menjamin
untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan
sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di
sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru
dan staf.
8. Empati (empathy).
Empati adalah kemampuan menempatkan
diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut
larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil
sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat
memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu
menempatkan diri sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati
warga sekolah dapat menumbuhkan budaya sekolah yang lebih baik karena dilandasi
oleh perasaan yang saling memahami.
9. Pengetahuan dan Kesopanan.
Pengetahuan dan kesopanan para
personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan
dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi
ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan
terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang
tua dan masyarakat.
F. Karakteristik Budaya dan
Lingkungan Sekolah
Menurut
Masaong & Ansar (2011:190) bahwa “budaya sekolah memiliki empat
karakteristik yaitu: (1) budaya sekolah bersifat khusus karena masing masing
sekolah memiliki sejarah, pola komunikasi, sistem dan prosedur, pernyataan visi
dan misi, (2) budaya sekolah pada hakikatnya stabil dan biasanya lambat
berubah. Budaya sekolah akan berubah bila ada ancaman krisis dari sekolah yang
lain, (3) budaya sekolah biasanya memiliki sejarah yang bersifat implisit dan
idak eksplisit, (4) budaya sekolah tampak sebagai perwakilan simbol yang
melandasi keyakinan dan nilai-nilai sekolah tersebut”.
Selain itu menurut Chatab (2011:15) Karakteristik budaya sekolah dapat dipandang menurut
hirarki basic assumption, values, norms, dan artifacts sebagai
berikut :
a.
Basic Assumption/Asumsi Dasar
kepedulian budaya pada tingkat
yang paling dalam ini adalah pra anggapan dasar dibawah sadar dan sekaligus
keadaan yang diterima tentang bagaimana persoalan sekolah seharusnya
dipecahkan. basic assumption ini membertahu para anggota organisasi
bagaimana merasakan, berfikir dan adanya sentuhan tentang banyak hal di dalam
organisasi
b.
Values
Level kepedulian berikut mencakup values tentang sebaiknya menjadi
apa dalam organisasi. Values memberitahu ara anggota apa yang penting
dan berharga di dalam organisasi dan apa yang mereka butuhkan untuk member
perhatian. Values merupakan keyakinan dasar yang berperan sebagai sumber
inspirasi kekuatan dan pendorong seseorang dalam mengambil sikap, tindakan dan
keputusan, serta dalam menggerakkan dan mengendalikan perlilaku seseorang dalam
upaya pembentukan budaya sekolah.
c.
Norms
Para guru jangan mengkritik kepala sekolah di depan publik! Mengapa?
Jawabannya adalah norma. Peran norma adalah menuntun bagaimana para anggota
organisasi seharusnnya berkelakuan didalam situasi tertentu. Hal ini
menggambarkan peraturan yang tidak tertulis dari perilaku. Setiap kelompok
menetapkan norma sendiri, yaitu standar perilaku yang dapat diterima, yang
dibagi dengan para anggotannya. Norma memberitahukan para anggota apa yang
sebaiknnya dan tidak sebaiknnya untuk melakukan diobawah keadaan tertentu.
Ketika disetujui dan diterima oleh kelompok, norma bertindak sebagai sarana
mempengaruhi perilaku anggota kelompok dengan minimum pengendalian dari
eksternal. Norma berbeda diantara kelompok, komunitas ataupun organisasi.
d.
Artifacts
Artifacts ini merupakan wujud kongkrit
seperti sistem, prosedur, sistem kerja, peraturan, struktur dan aspek fisik
dari organisasi. Istilah sistem kerja menunjukan bagaimana pekerjaan dari
organisasi dilaksanakan. Berdasarkan karakteristik budaya tersebut, Chatab
(2011:17) berpendapat bahwa “mendiagnosis
budaya sekolah, dapat dilakukan dengan pendekatan : a) perilaku, terkait dengan
pola perilaku yang memproduksi hasil atau kegiatan. Pendekatan ini
menggambarkan secara spesifik tentang bagaimana tugas dilaksanakan dan
bagaimana interaksi dikelola dalam organisasi. Suatu pekerjaan menunjukan
tanggungjawab, wewenang dan tugas individu. b) nilai bersaing, yang dipandang
dari preferensi dan tata nilai dari para anggotanya. c) Asumsi mendalam,
terkait dengan penekanan penting yang paling dalam organisasi, umumnya tidak
dapat ditelaah, namunterdapat asumsi bersama dan sama-sama tahu bagaimana
menuntun perilaku para anggotanya. pendekatan ini sering memiliki dampak yang
perkasa bagi keefektifan sekolah”.
G. Sasaran dan
Tujuan Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah
Menurut Mulyasa (2011:92) “manajemen
iklim budaya sekolah merupakan salah satu kebijakan yang harus diperhatikan
Depdiknas dalam rangka peningakatan mutu pendidkan. Iklim budaya sekolah yang
kondusif diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif, sehingga
semua pihak yang dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif, sehngga
semua pihak yang terlibat didalamnnya, khususnya peserta didik merasa nyaman
belajar. Dengan demikian , akan tercipta pembelajran yang efektif dan
menyenangkan. Iklim budaya sekolah yang kondusif juga akan mebangkitakan
semagant belajar, dan akan mebangkitkan potensi-potensi peserta didik sehingga
dapat berkembang secara optimal”.
Menurut Mulyasa (2011:92) sasaran iklim budaya sekolah dapat dianalisis
dari hal-hal sebagai berikut :
1.
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni berlangsung setiap saat, begitu cepatnnya perkembagnan
tersbut sehingga sulit diikuti oleh mata telanjang.
2.
Perkembagnan penduduk yang cepat mebutuhkan
pelayanan pendidikan yang besar
3.
Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan
modal dasar sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional jika
sumber-sumber daya manusia atau tenaga kerja Indonesia dalam jumlah yang besar
dapat ditingkatkan mutu dan pendayagunaanya.
4.
Perkembangan teknologi informasi yang
berlangsung begitu cepat telah menimbulkan berbagai pemikiran, bukan saja dalam
dunia bisnis dan ekonomi, melainkan juga dalam dunia pendidikan. Untuk
menghadapi tantangan masa depan sebagai akibat dari kemajuan dan perkembangan
teknologi, sekolah harus menginspirasi hubungan antar Negara yang semakin erat,
seakan tiada batas lagi.
H. Manfaat Pengembagan Budaya dan Lingkungan Sekolah
Menurut Chatab (2007:11) “budaya
sekolah bermanfaat sebagai : a) identitas, yang merupakan ciri atau karakter
organisasi, b) pengikat/pemersatu seperti bahasa sunda yang bergaul dengan
orang sunda, sama hobi olahraganya, c) sources,misalnya inspirasi, d) sumber
penggerak dan pola perilaku, c) kemapuan meningkatkan nilai tambah, f)
pengganti formaslisasi, seperti olahraga rutin jumat yang tidak dipaksa, g)
mekanisme adaptasi terhadap perubahan seperti adanya rumah susun”. Sedangkan menurut Luthans (dalam Chatab, 2007:11) “pentingnya budaya organisai mencakup sebagai berikut : a) keteraturan
perilaku yang dijalankan, b) norma, sperti standar perilaku yang ada disekolah,
c) nilai yang dominan, seperti mutu lulusan yang tinggi, efisiensi yang tinggi,
d) filosofi seperti kebijakan bagaimana guru diperlukan, e) aturan, seperti
tuntunan bagi guru didalam sekolah f) iklim organisasi, seperti cara para
anggota sekolah berinteraksi baik internal maupun eksternal. selain beberapa manfaat diatas, manfaat lain bagi individu dan kelompok
adalah : (1) meningkatkan kepuadan kerja; (2) pergaulan ;ebih akrab; (3)
disiplin menigkat; (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul
keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif; (6) belajar dan berprestasi
terus serta; dan (7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga,
orang lain dan diri sendiri”.
I. Implementasi
Gambaran tentang implementasi pengembangan
budaya dan lingkungan sekolah di SMP Negeri 2 Cidahu kabupaten
Kuningan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Penyajian
temuan lapangan ini bertujuan untuk menjawab permasalahan sebagaimana yang
telah kami paparkan dalam bab pendahuluan sebelumnya. Berikut ini adalah temuan
lapangan yang telah dilakukan di SMP Negeri 2
Cidahu Kabupaten Kuningan tentang Program berkaitan dengan Budaya dan Iklim
Sekolah yang Kondusif dan Inovatif bagi Pembelajaran Tahun Pelajaran 2015-2016
antara lain:
1 Pengembangan budaya dalam kegiatan intrakulikuler
a.
Program
pengembangan budaya dalam pembelajaran dikelas
Dalam mengembangkan budaya pada
proses pembelajaran guru-guru di SMP Negeri 2 Cidahu kabupaten Kuningan mengembangkannya
dengan memberi salam ketika membuka dan menutup pelajaran serta memulai dan
mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a memberikan contoh yang baik kepada
siswa dengan bersikap sopan, ramah, dan peduli kepada para siswa serta
memotivasi mereka agar menumbuhkan sikap tersebut kepada sesama, hal ini sesuai
dengan dengan pernyataan salah seorang guru yaitu :
Pengembangan budaya sekolah dalam
proses pembelajaran didalam kelas dilakukan dengan cara membudayakan salam
ketika membuka dan menutup pelajaran serta memulai dan mengakhiri pelajaran
dengan membaca do’a.
Dari
pemaparan data diatas menunjukan bahwa guru ketika berada didalam kelas
tentunya berfungsi sebagai orang yang dapat membantu peserta didik dalam
memahami pembelajaran. Untuk memenuhi tugas tersebut guru tidak saja harus
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan harmonis, tetapi
seorang guru juga perlu mengembangkan budaya sekolah seperti membiasakan
memberi salam serta berdoa ketika akan memulai dan mengakhiri pembelajaran di
kelas sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang berkesan bagi peserta didik
yang bertujuan untuk menjadikan pembelajaran yang dapat merangsang minat mereka.
b. Program
pengembangan budaya ketika diluar kelas
Program pengembangan budaya diluar
kelas yang dilakukan SMP Negeri 2 Cidahu Kabupaten Kuningan dengan melakukan
pengembangan karkter siswa. Hal ini sesuai wawancara dengan seorang guru di
ruang kerjaya yaitu :
Pengembangan
budaya diluar sekolah dilakukan dengan kegiatan zikir bersama dan membacakan
surat yasin pada setiap hari jum’at. Serta pada apel pagi bersama-sama
membacakan ikrar janji siswa agar apa yang mereka ucapkan dapat mereka ingat
sehingga mencegah para siswa melanggar aturan sekolah. (24/07/2015).
Dari pemaparan data diatas
menjelaskan bahwa pembelajaran tidak selamanya berada didalam kelas. Maka
pembelajaran diluar harus memiliki konsep kegiatan yang jelas, sehingga
bisa menjadi acuan utama untuk mendidik para siswa.
2 Pengembangan
budaya dalam kegiatan ekstrakulikuler
a.
Program
pengembangan budaya dalam kegiatan keolahragaan
Olahraga merupakan salah-satu bentuk
kegiatan ekstrakulikuler yang mengarahkan pada olah fisik (jasmani),
berdasarkan hal tersebut maka agar kegiatan olahraga benar-benar dapat
dilaksanakan sebaik-baiknya dan dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan
nasional, maka perlu pembinaan kegiatan ekstrakulikuler dibidang olahraga.
Disamping sebagai media pembelajaran yang dapat meningkatkan kebugaraan
bagi kesehatan tubuh melalui olah tubuh juga merupakan sarana bagi para
siswa untuk dapt mengembangkan potensi, bakat dan minat yang dimilikinya,
sehingga menjadi manusia yang sehat dan berprestasi, baik secara individual
maupun kolektif.
Dalam pengembangan budaya sekolah
melalui kegiatan olahraga di SMP Negeri 2 Cidahu Kabupaten Kuningan dilaksanakan
dengan menarik minat siswa untuk berolahraga, hal ini sesuai dengan pernyataan
seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :
Dalam mengembangkan budaya sekolah
melalui kegiatan olahraga kami memulainya dengan menarik minat para siswa untuk
berolahraga. Cara kami menarik minat siswa berolah raga adalah dengan
mengikutkan mereka keajang tingkat kota yang dilaksanakan oleh dinas
pendidikan. Selai itu dalam kegitannya di sekolah pengembangan budaya seolah
dengan menampakkan nilai kejujuran melalui olahraga, menanamkan sikap kerjasama
anta tim melalui olahraga, dan menanamkan motivasi berprestasi kepada diri siswa
melalui kegiatan olahraga. (24/07/2015).
Dari pemaparan data diatas
menunjukan bahwa tujuan pembinaan kegiatan ekstrakulikuler dibidang olahraga
disekolah adalah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, khususnya dibidang
pembianaan bakat dan minat para peserta didik dibidang olahraga yang berkembang
dimasyarakat serta untuk membentuk peserta didik yang sehat baik jasmani, jiwa
dan pikirannya sehingga menjadi manusia yang betul-betul siap dan berprestasi
dalam menjalani kehidupannya baik lingkungan akademis maupun masyarakat.
b.
Program
pengembangan budaya dalam kegiatan kepramukaan
Dalam mengembangkan budaya sekolah
melalui kegiatan kepramukaan, SMP Negeri 2 Cidahu kabupaten Kuningan dilakukan
dengan menanamkan nilai-nilai kepada para siswa. Hal ini diungkapkan seorang
guru dalam wawancara bersamanya yaitu :
Pengembangan budaya sekolah melalui
kegiatan kepramukaan disekolah kami lakukan dengan menanamkan nilai-nilai
kedisiplin, tanggungjawab, kemadirian, kebersamaa, kepemimpinan, serta rasa
cinta terhadap alam. (24/07/2015).
Dari pemaparan data diatas
menunjukan bahwa gerakan pramuka berfungsi sebagai lembaga diluar sekolah dan
sekaligus merupakan wadah pembianaan para generasi dengan menggunakan prisnsip
dasar kepramukaan. Metode kepramukaan ikut serta secara aktif mendidik para
siswa agar dapat menjadi kader bangsa yang bertanggungjawab atas tercapainya
perjuangan tujuan pembangunan nasional. Pramuka didalamnya selalu ada kegiatan
yang berhubungan dengan alam. Jika dikaitkan dengan mempelajari disekolah jenis
kegiatan pramuka secara tidak langsung berhubungan dengan mapatelajaran ilmu
pengetahuan sosial.
c.
Program
pengembangan budaya dalam kegiatan kesenian
Dalam pengembangan budaya sekolah
melalui kegiatan kesenian, SMP Negeri 2 Cidahu kabupaten Kuningan menanamkan
rasa kecintaan siswa terhadap budaya dan kesenian daereah, hal ini sesuai
dengan pernyataan seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :
Melalui kegiata kesenian kami
menanamkan rasa kecintaan siswa terhadap budaya daerah dengan membuat kegiatan
pada setiap akhir semester dimana para siswa diwajibkan menampikan suatu
atraksi baik tari-tarian maupun kasidah serta memakai pakaian adat daerah yang
ingin mereka tampikan. Kegiatan ekstrakulikuler kesenian diselenggarakan
diharapkan agar siswa meperoleh pengalaman berpretasi dan berkreasi. (24/07/2015).
Dari pemaparan data diatas
menunjukan bahwa kegiatan ini merupakan bagian penting dari pendidikan karena
kedudukannya dapat menjadi media untuk membangun karakter yang halus, mempunyai
kepekaan, rasa kemanusiaan, kerjasama, kepedulian, serta penyaluran gagasan dan
imajinasi secara kreatif dan indah. Kesenian mempunyai daya kemampuan yang luar
biasa untuk mengasah logika dan retorika berpikir. Hanya saja dalam kebanyakan
kasus, kemampuan kesenian ini belum spenuhnya disadari masyarakat, melalui
ekstrakulikuler kesenia ini, diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia
yang mempunyai kecakapan menyikapi perubahan kini dan masa yang akan datang.
3. Simbol-simbol budaya sekolah dalam memperkuat
nilai-nilai SMP Negeri 2 Cidahu kabupaten Kuningan dalam memperkuat nilai-nilai
melalui simbol-simbol dengan menanamkamkan kebiasaan baik kepada siswa ketika
berada dilingkungan sekolah. Hal ini sesuai pernyataan seorang guru melalui
wawancara yatiu :
Sekolah membuat simbol-simbol budaya sekolah berbentuk tulisan atau gambar yang
bertujuan untuk menanamkan kebiasaan baik seperti memberi salam, membuang
sampah pada tempatya, mencuci tangan, dll. kepada siswa apabila mereka
berada dilingkungan sekolah, sehingga mereka dapat membaca simbol-simbol
tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat
memperkuat nilai-nilai yang ingin dikembangkan sekolah. (24/07/2015).
Dari
pemaparan data diatas menunjukan bahwa simbol-simbol sangat berguna dalam
menggantikan guru ketika mereka sedang berada diluar kelas memberikan suatu
pengingat kepada siswa agar mereka selalu ingat dengan aturan aturan yang ada
disuatu sekolah.
4. Dampak Budaya Sekolah Terhadap Iklim Sekolah
Dampak pengembangan budaya sekolah
terhadap iklim sekolah di SMP Negeri 2 Cidahu Kabupaten Kuningan ditandai
dengan peningkatan kualitas lingkungan internal sekolah yang dialami oleh siswa
maupun kepala sekolah dan para guru yang mempengaruhi mental dan perilakunya.
Hal ini diungkapkan oleh seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :
Pengembangan budaya sekolah yang
telah dilakukan berdampak positif bagi iklim sekolah kami baik
dirasakan oleh para siswa maupun kepala sekolah serta para guru dimana terlihat
para guru bersemangat untuk mengajar para siswa, bekerja sama serta terjalinnya
komunikasi yang baik. Sedangkan para siswa terlihat sangat senang menerima
pelajaran, memperlihatkan kreativitas mereka, dan mematuhi norma-norma yang
ada dilingkungan sekolah. (24/07/2015).
Dari
pemaparan data diatas menunjukan iklim
sekolah merujuk kepada hati dan jiwa dari sebuah sekolah, psikologis dan atribut institusi yang menjadikan sekolah memiliki kepribadian, yang relatif
bertahan dan dialami oleh seluruh anggota, yang menjelaskan persepsi kolektif
dari perilaku rutin, dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku di sekolah
5. Pengembangan budaya pada lingkungan sekolah
a.
Program
pengembangan budaya pada lingkungan internal
Dalam mengembangkan budaya sekolah
melalui lingkungan internal SMP Negeri 2 Cidahu Kabupaten Kuningan selalu
menanamkan nilai-nilai. Hal ini seperti pernyataan seorang guru dalam wawancara
bersamanya yaitu :
Pengembangan budaya dalam lingkungan
internal sekolah dilakukan dengan memasang simbol-simbol di lingkungan sekolah
seperti yang berhubungan dengan kebersihan.“Buanglah Sampah Pada Tempatnya”
atau “yuuk kita cuci tangan dengan air bersih dan sabun”,
Menanamkan nilai-nilai kesopanan dengan memasang simbol-simbol seperti “Biasakanlah
Salam Senyum Sapa” dan keindahan kepada siswa dengan memasang simbol-simnol
seperti “Jangan Biarkan Lingkungan Sekolahmu Kotor”. (24/07/2015).
Dari
pemaparan data diatas mejelaskan keindahan dan kebersihan lingkungan akan
berdampak pada motivasi belajar siswa dan kesopanan akan berdampak dalam
menjaga nama baik sekolah. Oleh sebab itu lingkungan sekolah merupakan salah
satu tempat yang paling umum digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dan lingkungan sekolah paling dianggap dapat menanamkan
nilai-nilai serta aturan yang sesaui dengan masyarakat.
b.
Program
pengembangan budaya pada lingkungan eksternal
Pangembangan budaya sekolah melalui
lingkungan eksternal di SMP Negeri 2 Cidahu kabupaten Kuningan dilakukan dengan
menjalin hubungan kerjasama dengan masyarakat. Hal ini sesuai pernyataan
seorang guru dalam wawancara diruang kerjanya yaitu :
Pengembangan
budaya di lingkungan eksternal sekolah kami lakukan dengan menjalin kerjasama
yang baik dengan pihak orangtua siswa serta melibatkan para siswa pada setiap
kegiatan yang diselenggarakan di luar sekolah. (24/07/2015).
Dari pemaparan data diatas
menjelaskan bahwa sebagai sekolah yang bernaung dalam suatu wilayah eksternal
yang disebut masyarakat. Maka gejala timbal balik baik dari sekolah kepada
masyarakat maupun sebaliknnya merupakan realitas keseharian yang akan selalu
terjadi. Apalagi keberadaan sekolah berada dilingkungan masyarakat kota yang
perkembangan baik ilmu dan teknologi kian pesat.
J. Kendala-Kendala
Lembaga
pendidikan merupakan salah-satu sistem organisasi yang bertujuan membuat
perubahan kepada para peserta didik agar lebih baik, cerdas, beriman, bertaqwa,
serta mampu beradaptasi dengan lingkungan dan siap menghadapi perkembangan
zaman. Sebagai bagian dari organisasi, lembaga penddikan diperlukan pengelolaan
budaya yang sesuai dengan budaya masing-masing lembaga tersebut. Namun dalam
proses pencapaian tujuan tesebut seringkali dihampiri oleh kendala-kendala yang
akan dihadapi. berikut beberapa temuan yang bisa kita lihat terkait kendala
yang di hadapi di SMP Negeri Cidahu kabupaten Kuningan meskipun tidak terlihat
secara meyeluruh terhadap aspek budaya yang dikembangkan. Hal yang menjadi
kendala tersebut adalah masih terdapat kebiasaan para siswa yang datang
terlambat. Hal ini disebabkan ada beberapa anak yang jarak rumahnya jauh harus
sekolah ditempat tersebut karena menyesuaikan dengan tempat kerja orangtuanya
serta adanya orang tua siswa yang masih kurang peduli terhadap keterlambatan
anak-anak mereka.
Berdasarkan
kendala yang dikemukakan diatas Sekolah telah melakukan tindakan dalam
mengatasi kendala tersebut dengan memberikan daftar aktifitas siswa dirumah
untuk mengetahui penyebab mereka terlambat, membuat daftar keterlambatan siswa
agar dapat dilihat siswa yang sering terlambat setelah itu mengundang orangtua
mereka untuk dicarikan solusi agar siswa tersebut tidak telambat lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar