BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS HASIL
A. Pengembangan Budaya Sekolah
Mengingat pentingnya pengembangan
budaya sekolah untuk peningkatan prestasi dan mutu pendidikan di sekolah, patut
kiranya para kepala sekolah memikirkan langkah-langkah pengembangannya secara
sistematik dan konstruktif. Oleh karena itu perlu adanya orientasi pengembangan
budaya sekolah kepada para kepala sekolah sebagai bekal untuk mengembangkan
sekolah secara aktif, kreatif, inovatif, dan berbasis mutu.
Definisi Budaya Sekolah
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan arti budaya
sekolah, antara lain :
a.
NCES (1998)
Tuntutan terhadap guru baru pada
pokoknya sebagai akibat akibat para guru memilih meninggalkan pekerjaannya
dalam jumlah yang tinggi daripada para profesional lainnya
b. Weiss (1999)
Kolaborasi yang kuat dan kemampuan
membuat keputusan yang berkorelasi dengan semangat kerja yang tinggi, komitmen
yang kuat untuk mengajar, dan kemauan untuk tetap menekuni tugas mengajar. Ia
menambahkan pula bahwa budaya sekolah dan kepemimpinan juga dapat membentuk
kemauan para guru pemula bekerja keras, melaksanakan pengajaran sebagai pilihan
karir, dan berencana untuk tetap mengajar.
c.
James
Spradly
Budaya tersusun dari perilaku yang
dapat dipelajari oleh komunitas manusiwawi. Ia merupakan pengetahuan yang dapat
digunakan orang untuk memaknai pengalaman dan perilaku sosial.
Sehingga dapat disimpulan Budaya sekolah adalah
nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun
kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk
stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta
asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah.
Dalam perjalananya budaya sekolah ini mampu memberikan
manfaat bagi sekolah itu sendiri termasuk warga sekolah serta penilaian
masyarakat terhadap sekolah tersebut, adapun manfaat budaya sekolah adalah :
(1) Menjamin
kualitas kerja yang lebih baik.
Jika dalam sebuah pekerjaan memiliki
budaya yang dapat dipertanggungjawabkan maka akan secara tidak langsung akan
membentuk budaya kerja yang lebih baik.
(2) Membuka
seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi
vertikal maupun horisontal.
Dengan budaya ynag baik termasuk
budaya berkomunikasi maka akan timbul dalam kehidupan sebuah kemudahan
melakukan komunikasi baik dengan sesama ataupun dengan atasan kita.
(3) Lebih
terbuka dan transparan.
Membentuk sebuah budaya yang mampu
melatih kejujuran itu sangatlah hebat jika semuanaya mampu berjalan dengan
seimbang.
(4) Menciptakan
kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi.
Dengan budaya yang dianut bersama
maka akan tercipta rasa meiliki dan saling menjaga
(4)
Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan.
(5) Jika
menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki.
(6) Dapat
beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK.
B.
Faktor-faktor Budaya sekolah
Jika dapat kita lihat berapa
pentingnya budaya sekolah ini maka sangat penting bagi kita untuk mengembangkan
budaya sekolah ini dengan langkah awal memperhatikan beberapa faktor yang ada
yaitu :
a.
Mengacu pada
prinsip :
1. Berfokus
pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah. Pengembangan budaya sekolah harus
senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan
tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya sekolah. Visi tentang
keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program yang nyata
mengenai penciptaan budaya sekolah.
2. Penciptaan
Komunikasi Formal dan Informal. Komunikasi merupakan dasar bagi
koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan pentingnya
budaya sekolah. Komunikasi informal sama pentingnya dengan komunikasi formal.
Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam
menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3. Inovatif dan
Bersedia Mengambil Resiko. Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi
dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan
adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan
resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan
keputusan dalam waktu cepat.
4. Memiliki
Strategi yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh
strategi dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program
menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program
merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
5. Berorientasi
Kinerja. Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat
mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran
capaian kinerja dari suatu sekolah.
6. Sistem
Evaluasi yang Jelas. Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya sekolah
perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan
jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam
hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut
yang harus dilakukan.
7. Memiliki
Komitmen yang Kuat. Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat
menentukan implementasi program-program pengembangan budaya sekolah. Banyak
bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan
program-program tidak terlaksana dengan baik.
8. Keputusan
Berdasarkan Konsensus. Ciri budaya organisasi yang positif adalah
pengembilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan
secara konsensus. Meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun
pada umumnya konsensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam
melaksanakan keputusan tersebut.
9. Sistem
Imbalan yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai
dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang.
Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang
menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.
10. Evaluasi
Diri. Evaluasi
diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah
pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat
mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya
sekolah. Halaman berikut ini dikemukakan satu contoh untuk mengukur budaya
sekolah.
b. Berpegang
teguh pada asas:
1. Kerjasama tim
(team work). Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan
sebuah tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk
itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan
aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya
yang dimilki oleh personil sekolah.
2. Kemampuan. Menunjuk
pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas
atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan
hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan
bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.
3. Keinginan. Keinginan
di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung
jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai di
atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga
harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan
kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang
muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam
memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.
4. Kegembiraan
(happiness). Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh
personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi
pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas,
nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu
dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang
indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik
dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.
5. Hormat (respect). Rasa
hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa saja baik
dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya.
Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak
diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap
respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa
saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai
ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan
dengan baik. Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas
prestasi yang diperoleh dan sebagaianya.
6. Jujur (honesty). Nilai
kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik
kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran
tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi
mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran,
kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap
situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam
memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan
waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat
dalam menciptakan budaya sekolah yang baik.
7. Disiplin (discipline). Disiplin
merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam
lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan
perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur
dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya.
Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan
karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan
atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak akan
menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim
lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang
tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali
kepala sekolah, guru dan staf.
8. Empati (empathy). Empati
adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki
oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan
dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai
oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orang
tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya sekolah
yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.
9. Pengetahuan
dan Kesopanan. Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang
disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan
memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para
guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan
perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
Jika prinsip dan asas di atas maka
sangat tidak menutup kemungkinan akan selalu tercipta budaya sekolah yang
efektif melalui keterlibatan orang tua dalam menunjang kegiatan sekolah,
keteladan guru (mendidik dengan benar, memahami bakat, minat dan kebutuhan
belajar anak, menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan serta memfasilitasi kebutuhan belajar anak), dan prestasi siswa
yang membanggakan adalah tiga hal yang akan menyuburkan budaya sekolah.
Kegiatan-kegiatan itu menjadi gengsi tersendiri dalam suatu sistem yang utuh
(komprehensif) melalui indikator yang jelas, sehingga ”karakter atau watak
siswa” dapat terpotret secara optimal melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh sekolah. Kegiatan itu akan menjadi budaya dan berpengaruh dalam perkembangan
siswa selama bersekolah di sekolah itu.
Karena budaya sekolah yang tetap
eksis itulah yang akan tertanam di hati para siswa.Sehinga sekolah akan
terbebas dari narkoba, rokok, minuman keras, tawuran antar pelajar, dan
’penyakit’ kenakalan pelajar lainnya. Pastikan siswa terbaik yang lulus, akan
terukir namanya dalam batu prasasti sekolah. Pastikan pula para alumninya
tersebar ke sekolah-sekolah favorit ’papan atas’ baik di tingkat propinsi
maupun nasional dan akan menjadi ’leader’ di sekolahnya masing-masing.
Kredibilitas sekolah di mata
masyarakat, akuntabilitas kinerja sekolah, dan sigma kepuasan orang tua siswa
harus sudah terbentuk, sehingga membawa sekolah memiliki budaya sekolah yang
tetap eksis. Guru, orang tua, dan siswa harus dapat bekerja sama menciptakan
budaya sekolah yang tetap eksis di tengah era derasnya globalisasi dan pesatnya
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Budaya sekolah terbentuk dari
eratnya kegiatan akademik dan kesiswaan, seperti dua sisi mata uang logam yang
tak dapat dipisahkan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam dalam
bidang keilmuan, keolahragaan, dan kesenian membuat siswa dapat menyalurkan
minat dan bakatnya masing-masing.
Beberapa contoh budaya sekolah di
SMP Negeri 2 Cidahu yang efektif mampu membuat sekolah selalu eksis adalah :
·
Budaya salam, dimana setiap kali bertemu (guru,
siswa dan orang tua) saling mengucapkan salam dan berjabat tangan,
·
Upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap
minggu kedua dan keempat,
·
Penasehat akademis atau pertemuan wali kelas dengan
para siswanya untuk berbagi informasi, juga pertemuan antara wali kelas dengan
pimpinan sekolah
·
Tadarus setiap
hari Sabtu sebelum pelajaran dimulai dan dipimpin oleh wali
kelas,
·
Seragam sekolah,hari Senin Putih-Putih, Selasa
Putih Biru, rabu dan Kamis Batik-Biru, Jum’at dan Sabtu Pramuka
·
Sholat berjamaah di masjid sekolah pada saat pulang
sekolah (sholat duhur),
·
Olah raga,
·
Enam hari belajar (Senin-Sabtu) dari pukul 07.00
s.d. 12.30,
·
Majalah dinding yang dibuat oleh siswa untuk melatih
bakat jurnalistiknya,
·
LDKS untuk mendidik siswa menjadi calon
pengurus OSIS,
·
Studi Kepemimpinan Siswa untuk
melatih kepemimpinan siswa menjalankan organisasi,
·
Studi Amaliah Ramadhan mendidik
siswa dalam kegiatan pesantren ramadhan,
·
Pelepasan siswa yaitu melepas siswa yang telah lulus
dari sekolah,
·
Buku tahunan adalah buku yang merekam kegiatan
siswa dari mulai masuk sampai lulus sekolah,
·
Komite Sekolah adalah kegiatan orang tua siswa yang
menunjang kegiatan sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan,
·
Budaya bersih adalah
kegiatan kebersihan sekolah dan kebersihan diri sendiri,
·
Kegiatan praktek ibadah adalah
kegiatan keagamaan siswa yang dinilai oleh guru agama masing-masing,
·
PHBI dan Nasional adalah kegiatan hari besar
keagamaan dan nasional,
·
Melakukan Doa sebelum/sesudah belajar dipimpin
oleh kepala sekolah
·
Budaya disiplin dimana siswa tidak diperkenankan
masuk kelas bila terlambat dan melakukan pelanggaran tata tertib sekolah,
·
Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas adalah
siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat, tepat waktu, dan
berharap mendapatkan pahala dari Allah,
·
Budaya Kreatif yaitu
melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya,
·
Mandiri & bertanggung jawab yaitu
melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain dan bertanggung
jawab penuh terhadap tugas yang diberikan guru,
·
Pentas Seni (Pensi) melatih siswa melaksanakan
kegiatan bernuansa seni baik kesenian tradisonal maupun kesenian modern atau
yang sedang ‘ngetren’ saat ini,
·
Kunjungan museum yaitu mengenalkan kepada siswa
tentang warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan, Kunjungan Industri
yaitu mengenalkan siswa tentang kegiatan-kegiatan yang ada di industri atau
pabrik yang berkaitan dengan mata pelajaran sains dan ekonomi,
·
Ekstrakurikuler adalah kegiatan non akademik yang
memberi wadah /kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya
sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing
·
Sport and Art yaitu kegiatan seni dan olahraga
antar kelas untuk unjuk gigi di perkemahan pramuka.
TERIMA KASIH ATAS ILMUNYA SMG MANFAAT
BalasHapus